TEMPO.CO, Bekasi - Pemilu serentak 2019 jadi momen tak terlupakan bukan hanya bagi peserta pemilu. Tapi juga untuk panitia atau para petugasnya.
Di banyak lokasi proses rekapitulasi di tingkat TPS dilakukan hingga tembus dinihari, bahkan lebih, pasca pencoblosan Rabu 17 April lalu. Beberapa petugas diketahui kelelahan dan meninggal karenanya.
Baca:
Satu lagi Panitia di TPS Kabupaten Bogor Meninggal
Pengalaman tak diduga bekerja melelahkan itu diungkap di antaranya oleh Syahrul Saleh, anggota KPPS 2 di TPS 11 Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi. "Saya dua hari dua malam tidak tidur, karena menjadi panitia itu," kata Syahrul saat berbincang dengan Tempo, Jumat 19 April 2019.
Menurut Arul, sehari menjelang pencoblosan panitia tidak bisa istirahat. Sebab, hingga menjelang tengah malam logistik pemilu belum sampai di TPS. Karena itu, Ketua KPPS memutuskan untuk mengambil sendiri di kelurahan. "Jam 03.00 kami mengambil sendiri," ujar dia.
Otomatis waktu istirahat malam sebelum pencoblosan terbuang demi menunggu logistik sampai pagi. Belum sempat tidur, jam 07.00 harus membuka TPS, menyambut kedatangan calon pemilih.
Baca:
Mendagri Berduka: Sejumlah Panitia di TPS Meninggal dalam Tugas
Selesai proses pencoblosan masalah muncul. Formulir C1 untuk merekapitulasi perolehan suara tidak ada. Petugas kelimpungan, mencari ke sana kemari tidak membuahkan hasil. Penghitungan pun molor. “Saya mengakali dengan membuat sendiri, yang penting saksi tidak keberatan,” ujar dia.
Sampai tengah malam penghitungan suara belum juga selesai, masih menyisakan dua kotak. Meski begitu petugas tetap bekerja menjalankan tugas sampai selesai. Hingga akhirnya, baru benar-benar selesai pukul 04.00.